Sang Dokter Super, AVICENNA

Di Barat, Ibnu Sina lebih dikenal dengan nama Avicenna. Ia lahir pada tahun 980 di Afghanistan. Pelajaran pertama yang diterimanya adalah pelajaran tentang Al Qur’an dan sastra, yang diberikan secara privat. Selain itu, ia juga mempelajari ilmu agama sepeti tafsir, fikih, dan tasawuf. Disebabkan keceradasannya yang luar biasa, Ibnu Sina berhasil menguasai ilmu itu ketika usianya masih sangat belia, yaitu 10 tahun. Setelah itu, Ibnu Sina melanjutkan pendidikannya dengan belajar ilmu hukum, logika, matematika, politik, fisika, kedokteran, dan filsafat. Ibnu Sina dikenal sebagai seorang yang otodidak yang amat tekun dan cerdas. Konon, ia menguasai ilmu kedokteran dalam waktu satu setengah tahun tanpa bimbingan seorang guru.
Menginjak usia 17 tahun, Ibnu Sina berhasil menangani penyakit Khalifah Nuh bin Manshur. Oleh karena itu, ia memperoleh izin untuk belajar di perpustakaan pribadi sang khalifah. Di perpustakaan tersebut, ia berkesempatan mendalam ilmunya. Ia mempelajari semua buku yang ada di perpustakaan tersebut. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina telah menguasai semua cabang ilmu pengetahuan yang ada pada masanya.
Setelah kematian ayahnya, Ibnu Sina memutuskan untuk meninggalkan Bukhara menuju Jurjan. Dari Jurja, ia terus mengembara hingga sampai di Khwarazm, sebelum kemudian sampai ke Mamadzan. Selama dalam perjalanan panjang itu, pemikiran filsafat Ibnu Sina bertambah matang. Pada suatu waktu, ia berhasil menemukan pemikiran filsafatnya sendiri sebagai suatu sistem yang lengkap dan terperinci.
Pada mas itu, Ibnu Sina menghasilkan sebuah karya besar yang berjudul Qanun fi al-Thibb (Canon of Medicine). Buku ini dianggap sebagai “buku suci” dalam ilmu kedokteran dan dijadikan buku pegangan bagi para mahasiswa kedokteran Eropa. Buku yang disebut sebagai ensiklopedi kedokteran ini telah menguasai dunia ilmu pengobatan Eropa selama kurang lebih 500 tahun. Qanun fi al-Thibb bahkan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, seperti Ibrani, Latin, Spanyol, Perancis, Itali, dan sebagainya. Sejak zama dinasti Han di Cina, buku ini menjadi buku standar kedokteran Cina. Teori Anatomi dan fisiologi yang tertulis di dalamnya telah mendasari sebagian analogi manusia terhadap negara. Qanun fi al-Thibb atau Canon of Medicine juga pernah diterbitkan di Roma (1953) dan India (1323). Salah satu pernyataan dalam buku ini yang menjadi dasar bagi sejumlah teori kedokteran adalah bahwa darah mengalir secara terus menerus dalam suatu lingkaran dan tidak akan pernah berhenti.
Ibnu Sina juga menulis sebuah buku tantang penyakit sataf (neurasthenia). Buku tersebut membahas sejumlah metode pembedaha yang menegaskan perlunya luka dibersihkan (disinfection) agar steril. Proses ini disebut sterilisasi.
Selain dikenal sebagai seorang filosof dan dokter, Ibnu Sina adalah seorang menteri pula. Ia memegang jabatan tersebut pada masa pemeritahan Syamsuddaulah di Hamadzan. Namun, di sela sela kesibukannya, Ibnu Sina terus menghasilkan karya. Pada masa itu, ia menulis sebuah karya filsafat monumentalnya yang berjudul asy-Syifa. Di dalam buku ini, Ibnu Sina mengulas berbagai macam ilmu logika, fisika, matematika, dan metafisika ketuhanan, secara mendalam. Di kemudian hari, buku ini diterbitkan di Roma (1953) dan di Mesir (1331). Adapun bagian khusus metafisika dan fisika pernah dicetak dengan cetakan baru di Teheran. Sementara itu, pasal keenam dari bagian fisika, yang merupakan landasan pembentukan psikologi modern diterbitkan oleh Lembaga Keilmuan Cekoslovakia di Praha, sebelum kemudian diterjemahkan dalam bahasa Perancis. Pada tahun 1951, pemerintah Mesir dan Arab membentuk panitia penyunting asy-Syifa di Kairo.
Keaslian pemikiran Ibnu Sina mengundang kekaguman para ahli Barat dan Timur. Buku terakhir karya Ibnu Sina yang paling baik menurut para filosof dunia adalah al-Isyarat wat-Tanbihat. Pada tahun 1892, buku ini diterbitkan di Leiden. Terakhir, al-Isyarat wat-Tanbihat diterbitkan di Kairo pada tahun 1947.
Di tengah kesibukannya itu, Ibnu Sina tiba tiba sakit. Ia wafat pada tahun 1037 (487 H) di Hamadzan. Pada tahun 1955, Ibnu Sina dinobatkan sebagai Father of Doctors (Bapak Kedokteran). Sebuah monumen pun dibangun untuknya. Peristiwa tersebut terjadi dalam rangka memperingati 1000 tahun kelahiran Ibnu Sina (Fair Millenium) di Teheran.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Search This Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / laHistoria

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger